Selasa, 26 Agustus 2008

Sopir Angkut tak mau lewat PBS

Para sopir angkutan kota (angkot) menolak melewati Pasar Bukit Sulap (PBS) karena sepi penumpang. Sementara Dishub Linggau pun enggan memaksa sopir untuk mematuhi rute baru tersebut. Para sopir angkot jurusan Megang, Kayu Ara, dan Simpang Periuk tidak mau mengikuti ketentuan perubahan jalur yang telah disosialisasikan Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Lubuklinggau beberapa waktu lalu, yakni melewati PBS, agar pasar tersebut ramai pembeli karena kemudahan akses transportasi umum .selengkapnya klik disini

Kepala Dishub Kota Lubuklinggau Hermansyah mengungkapkan, pihaknya tidak memiliki hak untuk melarang sopir angkot melewati rute baru menuju PBS. Jika pihaknya tetap memaksakan kehendak, hanya akan menguntungkan satu pihak, sedangkan pihak lain dirugikan.

”Kalau begitu kita hanya memikirkan pedagang, sedangkan bagaimana dengan pembeli yang tidak mau dipaksa belanja di PBS. Jika tetap dipaksakan, bisa-bisa penumpang kapok dan jera untuk naik angkot. Akhirnya, sopir angkot yang dirugikan,” ujarnya kepada SINDO.

Pertimbangan lainnya, rute baru yang harus dilalui sopir angkot jurusan Megang, Kayu Ara, dan Simpang Periuk menjadi lebih jauh sehingga pengeluaran bahan bakar minyak (BBM) menjadi tambah besar.

”Bagaimana dengan pembeli dari lokasi yang jauh, seperti Transsubur Mura, yang berniat belanja ke Kota Lubuklinggau. Mereka batal pergi karena tidak ada angkot lagi yang mau mengangkut mereka ke sana. Sedangkan, kendaraan lain tidak ada karena keterbatasan kendaraan yang masuk ke daerah tersebut,” katanya.

Sebenarnya pelbagai langkah telah dilakukan Dishub agar sopir angkot mau mengikuti rute baru yang ditetapkan. Namun, sebelum aturan itu digulirkan, malah menimbulkan demo sopir angkot itu sendiri.

”Kita sudah melakukan pendekatan persuasif kepada agen-agen mobil angkot supaya melewati arah tersebut. Tapi sekali lagi, kita tidak dapat memaksakannya secara sepihak. Terlebih, mereka sudah melengkapi KIR dan trayek,”ungkapnya.

Di samping itu, permasalahan lain yang ditemui di lapangan, banyak mobil angkot berpelat hitam gentayangan di beberapa ruas jalan dan antrean penumpang.

”Untuk menindaknya, itu wewenang polisi. Ke depan setelah Terminal Petanang berfungsi, baru kita dapat melakukan tindakan. Jadi angkot mempunyai muara, karena selama ini mentok dan menumpuk di Pasar Inpres,” katanya. Adapun rute dari uji coba trayek baru dimulai dari Terminal Simpang Periuk, belok kanan arah simpang RCA, lalu menuju Jalan Nanas,Kelurahan Megang.

Selanjutnya, angkot masuk Terminal Satelit tanpa berhenti,diteruskan ke Jalan Kalimantan, keluar ke Jalan Yos Sudarso, kemudian kembali ke Terminal Simpang Periuk. Di tempat terpisah, sopir angkot Megang, Marwan, merasa terganggu jika pemkot benar-benar memberlakukan trayek tersebut.

Rute yang biasa mereka lalui selama ini saja, kata dia, jumlah penumpangnya sudah menurun, apalagi harus melalui rute baru. “Trayek yang sekarang saja penumpang sudah sedikit, apalagi menggunakan trayek baru. Belum lagi angkot dari Taba ingin diarahkan ke Terminal Satelit, bisa-bisa tidak makan anak dan istri di rumah” tuturnya.

Idealnya, lanjut Marwan, pemkot tidak perlu mengubah rute angkot yang ada hanya untuk meningkatkan jumlah pembeli di PBS. Sebab, lambat laun pembeli pun akan datang berbondongbondong jika pemindahan pedagang dilakukan secara merata.

“Untuk apa rute diubah kalau alasannya hanya untuk meramaikan PBS.Lebih baik menata ulang teknis pemindahan PKL yang ada saat ini,”ujarnya. Hampir senada disampaikan Endang, sopir angkot jurusan Kalimantan–Simpang Priuk.

Menurut dia, jumlah penumpangnya saat ini mengalami penurunan hingga 20%. Jika sebelumnya dia dapat membawa uang sekitar Rp20.000– 30.000 per hari, kini hanya Rp10.000 per hari. “Ya mau bagaimana lagi, uang setoran harus dibayar, belum lagi harga bensin sudah naik,” katanya. (ade satia pratama/SINDO)

Tidak ada komentar: