Selasa, 26 Agustus 2008

kota lubuk linggau

Lubuklinggau, atau sering juga ditulis Lubuk Linggau adalah kota dimana sekarang ini saya tinggal dan bekerja (sekarang 12/01/2008).

Lambang Lubuklinggau

Kota ini terletak di Sumatera Selatan, berbatasan darat langsung dengan Provinsi Bengkulu. Semboyan Sebiduk Semare kurang lebih berarti Satu Wadah untuk Satu Tujuan. Termasuk salah satu kota terbesar setelah Palembang di Sumsel, dan memiliki infrastruktur yang cukup lengkap seperti Rumah Sakit (dr. Sobirin), Universitas (Unimura), Stasiun Kereta Api, Lapangan Terbang, Gedung Olahraga, dsb. Ada sebuah bendungan ukuran sedang buatan tahun 1942 bernama Watrevaang yang memanfaatkan aliran Sungai Kelingi. Bendungan itu dibuat untuk irigasi sawah dan kebun di daerah Tugumulyo (Merasi), parit lebar itu mereka namakan Siring Agung.selengkapnya klik disini

Sejauh pengamatan saya, kota ini cukup ramai. Pertumbuhan kotanya terkonsentrasi di sepanjang jalan Yos Sudarso, jalan negara yang merupakan bagian dari Jalur Lintas Tengah Sumatera. Sebagian besar penduduknya adalah pendatang dari daerah lain atau keturunan transmigran Jawa. Saya belum tahu banyak tentang kebudayaan asli Lubuklinggau, tetapi ada sebuah permukiman kuno di jalan Moneng Sepati –dekat perkantoran pemkab– yang konon adalah permukiman penduduk asli kota ini.

Perdagangan, perkebunan, pertanian, dan peternakan adalah aktivitas utama penduduknya. Sarana transportasi tergolong monoton dan kurang teratur, banyak ojek dan jalur Angkot hanya ada tiga trayek. Akibatnya masyarakat cenderung membeli kendaraan sendiri-sendiri (terutama sejak revolusi pemasaran kredit motor) yang membuat jalanan jadi ramai dan sesak, kondisi yang amat menguntungkan pedagang motor (konon orang terkaya di kota ini). Etika dan pemahaman berlalulintas yang minim menyebabkan kecelakaan amat sering terjadi.

Pernah meraih penghargaan Adipura pada tahun 90-an, tapi kemudian tidak lagi. Penataan kota terkesan kurang serius karena perkembangan hanya dominan di sepanjang jalan utama. Padahal setahu saya selain jalan Yos Sudarso ada tiga jalan lain yang potensial untuk dikembangkan. Salah satunya adalah jalan Kenanga melewati Siring Agung yang menghubungkan Merasi dan Megang (salah satu jalanan yang paling saya sukai karena teduh, sejuk, dan aspalnya rata). Jalan lainnya adalah jalan alternatif (biasa untuk menghindari razia), satu blok dari Yos Sudarso mulai SMU 2 sampai Pasar Atas yang melewati Jalan Kelabat. Satu lagi jalan yang kurang diperhatikan adalah jalan dari Rahmah ke Pasar Atas yang melewati SMU 5 (jalan ini hancur). Jalan ini hampir sama dengan jalan yang menghubungkan Pasar Atas ke Terminal Tipe C di perbatasan Bengkulu, jalanannya hampir tertutup semak-semak.

Untuk mencapai Lubuklinggau ada banyak alternatif kendaraan umum yang bisa dipakai yaitu bus, travel, kereta, dan pesawat udara. Kalau dari Jakarta perjalanan darat kira-kira dua hari, dari Palembang lima sampai sembilan jam, dari Bengkulu tiga sampai lima jam. Btw… waktu aku ke sini Mei 2005 jarang ada peta yang mencantumkan nama kota ini. Kota ini biasanya dilewati oleh bus jurusan Jakarta-Bengkulu.

Tidak ada komentar: